Kita akhirnya Sendiri Semua yang Kita Cinta Sepenuhnya Hilang dan Pergi Aku tidak mengerti sampai sekarang. Bahwa yang ku pegang erat-erat kemarin hanyalah angan-angan belaka. Harapan yang ku peluk ternyata sepelik ini. Rasanya baru kemarin dimulai dan sekarang sudah selesai begitu saja. Berat sekali untuk menerima segalanya. Sulit sekali untuk melupakan semuanya. Aku pernah berpikir bahwa sosok yang ada bersamaku di hari lalu, akan ada dan terus ada bersamaku selamanya. Ternyata bukan itu yang terjadi. Benar-benar susah untuk dijelaskan sedetail mungkin pada tulisan ini. Hanya mau mengatakan bahwa aku masih merasakan perasaan yang sama kepadanya. Dan perasaan itu sulit untuk dibungkam dalam diri. Rindu, sayang, segalanya. Tangisanku menghiasi malam itu. Memecahkan bekunya semesta. Aliran kekecewaan terhadap keputusan yang telah kau ambil membara dalam diri. Bisa-bisanya kau memutuskan pergi dari masalah yang datang. Bisa-bisanya kau lari dariku di saat aku terpuruk oleh keadaan yang m
Max Manusia Tabah Kuat Seperti Baja-baja Suatu pengalaman paling menyedihkan. Menggetardebarkan seisi jiwa dengan isakan tangis pelik. Max, demikian namanya. Nama yang disematkan oleh ayah bundanya ketika masih belum cukup disebut sebagai bayi, dalam artian masih dalam kandungan raga sang bunda. Max terlahir dari keluarga yang penuh kesederhanaan hidup. Segala sesuatu yang diinginkan harus terpendam jauh ke dasar hati yang paling bisu. Semasa ia sudah cukup disebut sebagai anak-anak, Max tidak seperti anak-anak lain seusianya. Apa yang diinginkan bisa segera dipenuhi oleh orang tuanya. Di usia yang masih tergolong belia itu, ia dengan gagah berjalan mendampingi ayahnya pergi mencangkul bulan di antara petak-petak sawah yang berjejer rapi di bawah bukit paling jauh dari tempat ia tidur dan terlelap melepas lelah di malam hari. Kadang-kadang, ia dan ayahnya tidur di bawah bukit itu saja kalau badan sudah tak mau lagi berdamai dengan nyala api yang masih membara dalam diri. Ia tidak