Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2023

Menunggumu

Foto: dok.prib. #tempatpertamamengenaldewi Menunggumu Oleh: Ehfrem Vyzty Aku masih di sini Belum beranjak pergi Berharap kau kembali Mengisi hati Aku takut Semesta menuntutku, Memaksa lupa segala suka  Dan juga duka, Saat aku mendekati senja Itu alasanku Mengapa aku melukismu Dalam aksara puitis Yang menjadikannya puisi Di sini, kini, sampai nanti Kapanpun itu... Aku masih berdiam diri Di bawah ruang langit Menunggumu hadir kembali Menghiasi hari, Agar Sepih segera usai

Dalam Diam

Dalam Diam Oleh: Ehfrem Vyzty Dalam diam Aku coba memahami isi kepala Yang keram, Berharap segera terlebur Bersama malam yang kian pekat Aku dan sunyi  Adalah satu Tak ada jarak Tak juga ada perbedaan Dalam diam Aku tahu Bahwa sebenarnya Jiwaku runtuh Bersama bulan yang jatuh Di atas bilik rumah Yang tak kunjung diam Berteriak merebutmu Dari isi kepala

Pada Guratan Wajahmu

Pada Guratan Wajahmu Oleh: Ehfrem Vyzty Pada guratan-guratan wajahmu Aku tak menemukan apa-apa, Aku tak menemukan satu cacat pun Selain bahagia-bahagia  Yang menyempurnakan Lembaran buram usiaku 

Jiwaku (ruang sepi)

Jiwaku (Ruang Sepi ) Oleh: Ehfrem Vyzty Jiwaku adalah... Ruang rindu yang menggebu Dihuni oleh berbagai kenangan Bertema banyak kehilangan Jiwaku adalah... Ruang-ruang sepi Berharap ramai kembali bersemi  dan menepi di antara Sela-sela nadi

Kita Seumpama Kayu dan Daun

Kita Seumpama kayu dan Daun  Oleh: Ehfrem Vyzty Kita adalah kayu... Memaksa tumbuh bersatu Menjadikan daun, Merangkul dan menggelantung Di antara kening-kening ranting  Ketika musim gugur tiba Kita tak lagi searah, Kau mulai menggelantung Lalu jatuh, tepat di atas  Puing-puing pemakaman  Penuh haru Kita adalah daun... Menjelma menjadi debu Saat tubuh dan rapuh Mulai mengayuh Pada sela-sela umur Yang kelabu 

Mengenal Tuhan

Mengenal Tuhan Oleh: Ehfrem Vyzty   Mengenal Tuhan, Berarti kau harus Merangkul sunyi Dan mencintai sepi Sebab Tuhan tidak Hadir dalam ramai Melainkan membumi Pada hening yang Tiada henti 

Rasa, Pertemuan dan Jarak

Rasa, Pertemuan dan Jarak Oleh: Ehfrem Vyzty Tuhan .. . Terkadang waktu terlampau menuntut, Terkadang waktu terlalu memaksa Melepas kebersamaan dari sela-sela pertemuan Tuhan... Mengapa kau ciptakan pertemuan Padahal ujungnya adalah perpisahan Yang menang  Dan Kesedihan yang tersisa, Hingga sedikit menyiksa Tuhan... Karena kau hadirkan rasa Di pertemuan ini Maka, siapa yang harus tanggung jawab Jika salah satunya patah, Dia ataukah aku? Ataukah Kau sendiri? Sebab aku tak mau mati raga Jika nanti rasa ini Harus diabadikan oleh jarak Tuhan ... Kau tau? Rasa yang memeluk jarak Berarti harus berdamai dengan Rindu, Sebab, rindu itu sendiri adalah Dendam antara kenangan dan  Kenyataan 

Bunda

Bunda By : Efrem Vyzty Bunda... Kau adalah makhluk paling khusyuk berdoa Demi menebus dosa buah hatimu Tanpa harus menjelaskan alasan, Mengapa engkau merapal kalimat Yang sama setiap malam di bawah kaki salib Putramu tersayang Bunda... Engkau selalu tau Apa yang dikeluhkan darah dagingmu Saat menghadapi batu karang kehidupan Bunda... Kehadiranmu memberi kekuatan Di saat diriku lemah dan terjatuh, Kehadiranmu memberikan cahaya Di saat kegelapan kandas pada jalanku Bunda... Engkau menghibur dan melebur Segala pilu dan rapuh Yang tumpah pada raga dan batinku Bunda... Engkau adalah alasan Mengapa aku selalu ingin pulang Pada rumah yang memberiku ketenangan Walau hanya beratapkan alang-alang Bunda... Maafkan aku... Karena aku, Jiwamu ditikam dengan sebilah tombak Berbalut dosa kesombongan serta kebengisan Manusia

Kau dan Masa Lalumu

Kau dan Masa Lalu Mu By : Ehfrem Vyzty Suatu pagi musim hujan Saat berjalan di sekeliling kota Aku menemukan mu di sebelah trotoar jalan, Kala itu kau terduduk lesu Dalam keadaan basah kuyup Sesekali memunguti kepingan hujan Yang jatuh, lalu pecah pada tubuh mu Yang layu dan sayu Kau tak menghiraukan sekeliling jalan Seolah kau tak melihat mereka yang Sedang bergandengan tangan Aku baru paham... Seusai diriku melewati mu tanpa permisi, Bahwa saat itu kau sedang merangkul masa lalu, Yang penuh haru dan juga rapuh Sebab, engkau rindu pada satu tubuh Yang telah berlalu tanpa tahu kemana Dan dimana sekarang bahunya berlabuh

Aku Senja dan Sepih

Foto: Dok. Pribadi Aku Senja dan Sepih Oleh: Ehfrem Vyzty Aku kembali berdiam diri Lalu mulai merapal diksi, Aku sendiri... Yang sebenarnya benci sepi Kini harus merangkul sunyi Bersama senja yang selalu temani Harapan-harapan ku Untuk bangkit dari sedih Tinggal puing-puing kecil Aku adalah makhluk pembenci sepi, Pengutuk sedih, Tak tau seperti apa Membuat bibir tersungging senyum Tak tau bagaimana merayu hati Tuk kembali bangkit Menguatkan diri dari kejamnya Sepih Aku Adalah aku, Yang berdiri kaku, berharap senja Menjadi saksi bisu, Bahwa aku pernah menolak sepih Dan sedih , Namun tak tau caranya Meneduhkan piluh Dari sela-sela rindu Yang tak lekas berlalu Dari ruang-ruang waktu Aku jadikan senja sebagai saksiku Sebab aku pernah menatapnya Bersama harapan, Dan kau pun melakukan Hal yang sama menikmati Suasana senja, walau di tempat Yang berbeda, Tapi... Setidaknya, aku dan kamu Melakukannya bersama-sama Mencoba mengusir sepih