Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2023

Pagi Ini, Seperti Ini

Pagi Ini, Seperti Ini Oleh: Ehfrem Vyzty Pagi ini, terakhir kali aku seperti ini Tak ada lagi pilu tentang rindu seperti kemarin Tak ada lagi sedih yang menepi ketika sepih kembali, Pagi ini, aku melihatmu pergi memboncengi diri bersama Adam lain, Kau tersenyum sinis, seolah-olah tak pernah mengenalku bersama kenangan manis sebelum tadi seperti ini, Pagi ini, terakhir kali aku menaruh hati padamu bersama ruang tunggu bisu ini, Kau tak pernah mengerti, meskipun bulan kembali berganti, bahwa kemarin-kemarin Aku masih setia dan sedia melipat jarak Memenggal curiga, biar kita tetap saling sayang dalam-dalam, Tapi pagi ini, kau menyia-nyiakan itu Tidak apa-apa, anggap saja momen bukan komitmen meski pun kau pernah menoreh itu di hati kita masing-masing Selamat untukmu, jangan lupa Sampaikan salamku pada Adam barumu

Surgaku

Surgaku Oleh: Ehfrem Vyzty Setelah surgaku pergi Rindu kembali datang menghujam Bertubi-tubi, melangkahi waktu, nafas Serta guratan-guratan bekas operasi, Aku tak lagi merengek memohon Teduhan, sebab hari itu Aku dengar mayat menangis sedih Perlahan hingga ditelan ruang penuh Duri dan suntikan itu, Aku melihat jiwa berdarah-darah Terbaring lemah di atas rak yang kusam Surgaku, kehadiranmu adalah kekuatanku Kepergianmu adalah duka terhebatku Surgaku, tunggu aku Aku segera pulang ke pangkuanmu

Aku

Aku Oleh: Ehfrem Vyzty Jangan pernah lagi mengunjungi atau Menjenguk pemakamanku dan meratap seperti Malaikat kehilangan cahaya-Nya, Jangan pernah lagi merapal doa dan membakar lilin pada tepi pemakamanku Aku tidak mempunyai Tuhan Dan bahkan pemakamanku sendiri menelantarkan arwahku, Jangan sekali-kali kau ke situ lagi lalu Menangis, mengenang setiap masa lalu itu, Aku tidak di situ, Aku kini bersemi dan berdenyut Pada setiap nadi dan nafas orang-orang yang ku cintai seperti matahari kepada bumi

Di Pusara Makamku

Di Pusara Makamku  Di atas pusara makamku Terpancang salib bernoda merah, Kau pun terheran-heran Mengapa demikian? Aku yang mati dalam sunyi Tak mampu menguping rintihan Hatimu bergeming  Sebab, noda merah itu adalah Darah yang mengalir pada nadi  Yang tuli, Dan dosa yang meluap-luap Pada kerongkongan jiwa yang buta, Itulah sebabnya aku tak dapat berkata-kata dan mendengarmu lagi Bernada