Langsung ke konten utama

Postingan

URGENSITAS PENDIDIKAN KARAKTER BAGI REMAJA DI TENGAH ARUS MODERNISASI

URGENSITAS PENDIDIKAN KARAKTER BAGI REMAJA DI TENGAH ARUS MODERNISASI Oleh : Efrem Vyzty       Remaja adalah masa peralihan antara masa anak-anak dan masa dewasa. Bagi perempuan masa remaja berkisar antara umur 13-17 tahun, sedangkan bagi laki-laki berkisar antara umur 14-17 tahun. Masa remaja merupakan masa di mana seseorang akan mencari jati diri yang sesungguhnya. Karena itu, sangatlah urgen jika eksistensi pendidikan karakter ditanamkan sejak dini dalam diri seorang remaja di tengah arus modernisasi sekarang ini, supaya mereka bisa menemukan jati diri mereka ke arah yang positif.        Di era modernisasi saat ini, remaja dituntut untuk fleksibel terhadap perubahan. Remaja harus bijaksana dalam memilih dan memilah sesuatu yang baik dari perubahan-perubahan yang terjadi bagi masa depan hidupnya. Tidak jarang ada begitu banyak remaja yang terjerumus ke dalam berbagai bentuk sisi gelap dari modernisasi seperti, adanya tawuran antar pelajar, miras, adanya kelompok geng motor, bolos da

Bumi Pertiwiku

Bumi Pertiwiku Oleh: Ehfrem Vyzty Di sini, Aku berdiri di atas bumi Pertiwi Yang katanya penuh dengan cinta Dan belas kasih, Yang katanya juga selalu berlaku bijak Dan juga adil Nyatanya? Semua itu hanyalah ilusi yang menepi Pada setiap memori fakir- fakir miskin Kaum penguasa bermuka dua Membentengi diri dengan topeng Munafik, Mencuri uang negri dengan tindakan korupsi, Membunuh rakyat Dengan senjata tipu daya muslihat, Memperlakukan diri seolah-olah tuli Tak mau mengamini setiap aspirasi Anak-anak negri yang kini letih dan merintih Bumi Pertiwiku, Dengarlah teriakan ngeri Anak-anak negri yang berbaring letih Di bawah teriknya matahari, Lihatlah dan perhatikan mereka Yang mengais sampah Demi mendapatkan seteguk air Dan sesendok nasi

Mama

foto: Dok.Pribadi Mama By: Ehfrem Vyzty  Mama wanita pertama yang aku lihat Ketika dunia menerima ku sebagai penghuninya.. Mama  wanita pertama yang mengajarkan ku tentang akal dan kasih sayang Ketika aku belum mengenal apa-apa Mama telah menumpahkan banyak darah Dan juga air mata.. Demi kelayakan hidup darahnya Yang mengalir dalam nadi lain

Sengsara-Ku

Foto: dok. Pribadi  Sengsara-Ku By: Ehfrem Vyzty   Sendiri ku meratapi diri Yang kini letih tak berkutik Jiwaku meronta tuk kembali Menguatkan diri, Agar tetap berdiri menggantung Pada tumpuan paku Di palang hina ini... Di palang hina ini Aku sendiri merasakan ini Lambungku tertusuk tombak Yang terhunus, Kepalaku di mahkotai duri Yang runcing lalu tertusuk, Harga diriku dicaci maki Dan diludahi... Sepihhh, perihh, sakittt... Darah kembali mengalir pada Serpihan-serpihan kulit yang kini Tercabik karena dicambuk Bapa... Kuatkan aku yang kini letih Hiburlah aku yang kini sepi Bapa, aku tak kuat lagi “ Eloi, Eloi, Lama sabakhtani”

Di Halaman Kapela

Foto: Dok. Pribadi  Di Halaman Kapela By: Ehfrem Vyzty   Tak ada lagi awan cerah yang tampak Tak ada juga dirimu di awan gelap itu Tadinya aku menunggu mu di halaman Kapela,  Berharap kau datang mengucapkan salam Seraya berbisik " Selamat berhari Minggu " Namun, di antara bunga pucuk merah Di halaman Kapela,  Aku hanya menemukan kepingan-kepingan Hujan yang pecah, yang masih tersisa  ketika hujan kemarin sore.. Kepingan hujan itu perlahan mendekat Lalu mulai menyayat jiwaku,  Kepingan-kepingan hujan itu mengingatkan ku,  Bahwa hatiku masih menunggu mu  Tepat di depan Kapela di antara pucuk merah...

Coretan Kenangan Bersama Mu

Sepanjang perjalanan hidupku, semuanya membutuhkan waktu. Tidak akan pernah ada pertemuan dan perpisahan kalau saja waktu tidak ada. Sebab waktu adalah bagian dari alur kehidupan ini. Aku tak pernah berpikir secepat ini engkau melepaskanku untuk pergi, meskipun aku sendiri menolak untuk pergi. Aku tahu dan sadar bahwa ini semua demi masa depan dan tujuan hidupku ini. Hari-hari bersamamu, merupakan momen yang paling berharga bagi diriku. Sampai-sampai bila mengingatnya kembali aku menitikkan air mata. Aku masih ingat di saat aku dan kamu menembusi malam yang dingin bersama. Kala itu kita melewati malam dengan mengendarai sepeda motor tua milik bapak. Awalnya aku sempat mengeluh kedinginan, sebab angin malam itu membelai sebagian ragaku seperti bayi yang baru lahir. Tetapi ketika di saat engkau memeluk tubuhku  dan menyandarkan kepalamu di bahuku,  tiba-tiba aku merasakan kehangatan dan kedamaian yang luar biasa menyelinap masuk ke dalam hati kecilku ini. Cahaya bintang malam itu rupanya

Bangkit Untuk Maju

Merdeka Indonesia tercinta Perjuangan pahlawan bangsa Menggapai hak kebebasan bernegara Patahkan  Sebuah penjajahan Melalui warga berkemajuan Setia menjunjung tinggi persatuan Bangkitlah Tentukan arah Belajar dari sejarah Untuk masa depan cerah Berdiri Rakyat mandiri Siap menjadi potensi Membangun bangsa Dengan prestasi