Sepanjang perjalanan hidupku, semuanya membutuhkan waktu. Tidak akan pernah ada pertemuan dan perpisahan kalau saja waktu tidak ada. Sebab waktu adalah bagian dari alur kehidupan ini. Aku tak pernah berpikir secepat ini engkau melepaskanku untuk pergi, meskipun aku sendiri menolak untuk pergi. Aku tahu dan sadar bahwa ini semua demi masa depan dan tujuan hidupku ini. Hari-hari bersamamu, merupakan momen yang paling berharga bagi diriku. Sampai-sampai bila mengingatnya kembali aku menitikkan air mata. Aku masih ingat di saat aku dan kamu menembusi malam yang dingin bersama. Kala itu kita melewati malam dengan mengendarai sepeda motor tua milik bapak. Awalnya aku sempat mengeluh kedinginan, sebab angin malam itu membelai sebagian ragaku seperti bayi yang baru lahir. Tetapi ketika di saat engkau memeluk tubuhku dan menyandarkan kepalamu di bahuku,
tiba-tiba aku merasakan kehangatan dan kedamaian yang luar biasa menyelinap masuk ke dalam hati kecilku ini. Cahaya bintang malam itu rupanya sangat cerah, secerah hatiku dalam pelukanmu. Cahaya bintang itu juga memberikan terang pada setiap lorong gelap jalan yang kita lalui.
Bulan yang biasanya muram seakan-akan mengerti pada kau dan aku yang menjadikan kata kita. Dia seolah tersenyum padaku dan mengerti dengan apa yang sedang kurasakan saat itu. Segala yang pernah kita lewati sengaja aku coretkan pada lembar putih ini sebagai tanda betapa sucinya cintaku pada dirimu.
Komentar
Posting Komentar