Langsung ke konten utama

Postingan

Erangan Teman Setubuh Para Pelacur

Erangan Teman Setubuh Para Pelacur Erangan yang berdesis malam itu Terus menghantuiku tiap kali gelap jatuh, Pemiliknya sudah lama berlalu, Minggat dari hadapan setiap pelacur Yang seringkali bersetubuh dengannya di kala musim gerimis menyelimuti bumi penuh beringas, Dalam erangan yang berdesis malam ini Erangan yang persis seperti kemarin-kemarin Terpahat sesal menghentak dalam do’a penuh Penggal harap biar segera lekas dan usai Dari segala cacat yang tertanam padanya Dengan pelacur-pelacur bermuka kertas Sialan itu, “anjeeeeng, kertas itu rupanya penyebab semua ini’’  Gumamku di atas ranjang dalam keadaan setengah tertidur “pelacur-pelacur itu rupanya disulap dalam sekejap menjadi budak olehnya, dan lihatlah, malam ini korbannya menghantuiku habis-habisan’’ lanjutku lalu akhirnya betulan tertidur dengan badan tengkurap penuh rasa takut menyerbu Jiwa

Kutukan Dongeng Dalam Diri

Kutukan Dongeng Dalam Diri Pada rimbunan kata tengah malam Di bawah purnama yang sebentar lagi berkarat Terpahat sejuta dongeng tentang dua insan semasa Mereka masih melekat erat dengan pagi, Dongeng-dongeng itu seringkali menjadi teman tidur Paling lugu dan lucu bagi cucu-cucunya, sedang sendu terlalu selalu mengakrabi rapuh bagi tubuhnya Lalu tak ada yang lain setelah itu, selain rindu yang sebentar lagi membelenggu, gerimis tiba-tiba sungging di nadi, Banjir perlahan menenggelamkan karang di dada Dan longsor tiba-tiba menjeboli isi kepala Hingga bonyok, merontoki darah tak sungkan-sungkan Sengsara sekaliiiii... Dongeng itu mengutuk tuannya sendiri