Langsung ke konten utama

Perihal Mengikhlaskan



Perihal Mengikhlaskan 
Oleh: Ehfrem Vyzty 

Sudah lama sekali saya minggat dari rumah aksara ini. Bukan berarti saya bosan bercengkrama dengannya, melainkan karena begitu banyak ombak kesibukan mampir dalam diri. Tak kurang sedikitpun keinginan dalam diri juga untuk selalu bercerita tentang apa saja pada rumah ini, dan malam ini semua itu sudah tidak terbendung lagi. Saya harus mengisi sepi dengan sedikit aksara meskipun jauh dari kata sempurna. Kali ini bersama kopi yang sedikit lagi mati karena dingin, saya akan mengupas tentang "Perihal keikhlasan". 

Apa arti keikhlasan? Seperti apa itu keikhlasan?  

Keikhlasan berasal dari kata dasar ikhlas, yang berarti niat yang murni dalam diri untuk berbuat atau melakukan apa saja tanpa ada motif gelap yang tersembunyi.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata ikhlas berarti bersih hati, tulus hati. Dalam hal hubungan sesama manusia, ikhlas adalah memberi pertolongan dengan ketulusan hati. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa ikhlas merupakan suatu keadaan dimana seseorang mampu melakukan, merelakan, mengorbankan apa saja yang dimilikinya demi kebaikan orang lain. Sebagai mana keikhlasan langit merelakan awan pergi dan menghilang demi untuk merestui kehidupan tetap melekat erat pada bumi, meskipun itu dilakukan dengan air mata yang berderai dari sang awan. Atau sebagaimana keikhlasan kayu kepada api yang menjadikannya abu seperti kata salah satu penyair terkenal Indonesia Bung Sapardi yang sudah pergi ke kehidupan abadi beberapa tahun yang lalu dalam puisinya yang berjudul "Aku Ingin".
Kita mesti belajar banyak untuk ikhlas dari hal-hal kecil begitu.
Banyak orang mengatakan bahwa salah satu pekerjaan paling sulit untuk dilakukan adalah ikhlas atau mengikhlaskan. Saya mengakui itu. Sebab, saya juga pernah sepaham dan berada pada posisi seperti itu. 
Namun, seiring berjalannya waktu saya mulai menyadari dan menemukan pemahaman baru tentang Perihal ikhlas atau mengikhlaskan. Saya beranggapan bahwa ikhlas atau mengikhlaskan merupakan suatu hal yang sama sekali tidak sulit untuk dilakukan jika kita menyadari akan poin penting di balik itu. Ikhlas atau mengikhlaskan tidak akan sesadis yang kita pikirkan. Ikhlas juga bukan berarti melepaskan atau menerima keadaan dengan air mata, tetapi bisa merelakan dan menerima keadaan dengan senyuman merekah ria. Bukankah kamu pernah dengar bahwa titik tertinggi dalam mencintai adalah melepaskan dengan ikhlas? Baik itu pada saat mencintai orang lain maupun mencintai diri sendiri. Berani untuk mengikhlaskan berarti kau betul-betul memahami hakikat tertinggi dalam mencintai . Sama seperti air mengikis batu yang paling keras, keikhlasan juga mampu meluluhkan hati yang paling dingin. 
Beragam masalah hidup terkadang membuat orang harus ikhlas menerima keadaan. Mungkin tak mudah menerapkan rasa ikhlas saat ada masalah.
Terutama, hal yang membuat hati kecewa dan kesal. Menerima keadaan dan ikhlas dengan yang sudah terjadi bisa membuat beban hidup menjadi lebih ringan. Dengan begitu, kamu bisa kembali melangkah menuju masa depan. 
Hidup akan selalu berputar, siang akan sirna berganti malam, namun hati yang ikhlas tidak akan pernah kehilangan alasan untuk hidup dan kembali berbahagia. Karena sejatinya segala hal bisa jadi indah, apabila mata mau melihat dan hati mau menerima. Berlatih dan belajarlah selalu untuk mengikhlaskan apa saja yang terjadi dalam kehidupanmu mulai dari hal-hal yang kamu anggap sepele.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang Sesosok Hawa

Tentang Sesosok Hawa  Saya seorang manusia sedikit suka gelap, sunyi, hening, egois, individual, dan tidak suka mengumbar urusan makhluk lain. Saya terlahir dari dua terang yang megah. Saya mempunyai empat saudara, tidak ada saudari dalam celah ikatan kami. Itulah makanya saya sedikit kaku berhadapan dengan para hawa. Hanya mama yang seringkali menjelaskan pada kami tentang bagaimana para hawa dalam kehidupan. Berbicara tentang hawa dalam kehidupan, sama halnya mengenal luka yang ternganga lebar dalam senyap jiwa yang lugu. Dalam beberapa waktu terakhir, sebelum 20 tahun merangkul usiaku, aku mengenal dekat dengan seorang hawa. Saya izin sedikit, menceritakan pertemuan kami pertama kali sampai saat ini, kini!! *** Waktu itu, tidak tau pasti tanggalnya intinya bulan 08-2022 yang lalu. Kami mengikuti kegiatan di suatu tempat, tepat  di pinggir laut luas yang seringkali orang menjatuhkan air mata, saat dirinya tiba-tiba didekap perpisahan. Kota itu sedikit elok, seelok hawa yang aku k

Maira (Perempuan Memeluk Luka Dengan Pena Penuh Darah-Darah)

Maira, (Perempuan Memeluk Luka Dengan Pena  Penuh Darah-Darah ) Jam dinding terus berdenting seperti biasanya, sekelompok makhluk hidup nokturnal berkeliaran tanpa arah di tengah kegelapan malam. Sesekali potret tua yang tergantung rapi di dekat kanvas mulai mengayun kiri kanan diterpa angin. Hanya suara kenangan menghibur di tengah-tengah keheningan. Dua tahun silam, seorang manusia ditikam sadis oleh kesedihan abadi. Tak ada malam tanpa raungan keras. Segudang silet masih tertancap jelas di dada. Malam terasa sangat-sangat panjang yang ia rasakan. Malam itu, tepat seperti malam ini, ia kehilangan sosok yang begitu lekat dengan nadinya. Ibunda yang selalu membangunkannya tiap pagi, menyuapinya makanan lezat di kala raga terbaring letih, membasuhi luka-luka yang merembes darah di kala ia celaka kini pergi tak kembali barang sekali. Adakah kesedihan paling luas selain kesedihan seperti yang ia rasakan padamu? Tentu ia adalah manusia paling kuat. Mungkin kita yang masih lengk