Engkau Serupa dan Segambar Dengan-Nya
By: Ehfrem Vyzty
Pagi masih pasi,sang surya belum sempat menunjukkan wujudnya di kaki langit.Keheningan pagi meliputi SEMYOPAL II LABUAN BAJO dengan penuh kedamaian.Dinginnya pagi ini membuat tubuhku tak kuasa untuk bangkit mengawali hari dengan penuh kasih,tapi sebuah lonceng tua yang sebagiannya sudah rusak tiba-tiba menjerit, berteriak menggema di seluruh ruangan tidur unit A tempatku berbaring untuk melepaskan penat sekaligus lelah.Suara lonceng yang keras itu membangunkan ku dari buaian ranjang yang menggemaskan dan menghangatkan tubuhku yang dingin membeku.Dengan langkah tertati-tati,aku berjalan menyusuri lorong kamar menuju bak mandi di sebelah kamar ganti.
Sekejap kemudian,di kamar belakang aku mengusir rasa kantuk dengan membasuh muka dan langsung mempersiapkan diri untuk mengikuti misa pagi.
Ketika diriku tiba di Kapela,aku merasakan kedamaian yang luar biasa, kedamaian yang menghilangkan segala macam rasa yang membuat hati kecil ini gelisah.Pagi yang sangat indah diiringi suara ayam bernyanyi merdu, membawa alunan melodi tersendiri tentang awal hari yang menyenangkan.Tentunya aku sangat bersyukur kepada sang pemberi kehidupan, karena begitu banyak hal yang Dia berikan untuk menemani kehidupan ku yang rapuh ini.
***
Setelah ku bergelut beberapa jam dalam keheningan doa,ku mulai mengingat kembali kisahku satu tahun yang lalu bersama dia yang selalu menggambarkan keceriaannya dengan senyuman khas yang dimilikinya itu.
Kala itu.....diriku menikmati senja dengan sesosok gadis di tepi pantai yang penuh dengan kisah romantis.Ketika aku sedang bercakap dengan hati kecilku dan menikmati indahnya pemandangan di kala senja,tiba-tiba aku merasakan sentuhan tangan yang lembut bagaikan sutra yang memeluk pinggangku seraya berbisik "aku tak bisa jauh darimu,aku ingin engkau selalu bersamaku. Tolong! Jangan pernah pergi meninggalkan ku".
Kata kata dan pelukannya itu masih terasa dan membekas dalam beranda hati ini.
Setiap kali mengingat momen itu,diriku seolah olah kembali pada masa laluku yang manis itu.Sedetik kemudian akupun berdiri menghadap ke arahnya dan membalas pelukannya yang penuh kasih sayang itu, sesekali aku mengecup keningnya dengan mesra di atas pasir pantai yang lembab dan di saksikan oleh alam yang tak kuasa mengintip pertemuan dua insan yang saling bergelut dalam keindahan cinta yang tak mungkin tuk dipisahkan.
Di penghujung senja, ketika matahari mulai kembali ke balik megahnya alam ini, langit yang tadi berwarna merah keemasan kini berubah menjadi sedikit suram.Aku tersadar aku harus kembali ke tempatku untuk melanjutkan aktivitasku seperti biasanya yang dilakukan oleh seorang seminaris.
***
Sore itu kami mengakhiri pertemuan dengan pelukan hangat yang menyejukkan jiwa.Sesampainya di asrama tempatku berteduh dari segala macam bahaya,aku selalu memikirkan dia.
Malam semakin larut suasana yang tadinya ramai,kini diganti dengan suara jangkrik yang menghuni rerumputan sekitar asrama.Bintang-bintang di langit mulai berlomba lomba memancarkan cahayanya,seakan akan ikut bergembira bersamaku yang telah menikmati senja bersamanya.
Namun,kegembiraan itu hilang dan pergi dari padaku.Aku sangat mengkhawatirkannya,entah kenapa hati ini seperti itu."pasti terjadi sesuatu padanya"gumamku di atas tempat pembaringan yang selalu setia menopang tubuhku dalam keadaan dan situasi apapun.Malam itu aku sulit tidur,rasa khawatir belum juga hilang dari pikiran ini.
Sejenak aku bangun dan duduk di pojok tempat tidur.Setelah beberapa lama diriku diliputi oleh rasa cemas, akhirnya rasa kantuk mulai menghampiri diri ini hingga akupun tertidur walaupun rasa cemas itu belum sepenuhnya hilang dari benak ini.
***
Ketika fajar menyingsing dan matahari mulai menunjukkan cahayanya yang indah mengalahkan kegelapan malam yang mengerikan,akupun terbangun dari tidur.Ketika baru saja membuka mata,aku melihat salah satu teman saya berlari kecil ke tempat dimana diriku berada.Setelah menyapaku dia langsung duduk di sisi tempat tidur sambil berkata " Teman , tadi malam ketika saya belum sempat tidur,saya mendengar percakapan para pembina.Mereka bilang bahwa ada seorang gadis yang tertabrak mobil di jalan dekat pantai yang kamu kunjungi kemarin,dan kalau tidak salah bahwa nama gadis itu Yati.Bukankah dia yang jalan bersama kau kemarin?".
Mendengar hal itu aku langsung terkulai lemas,rasa panas tiba tiba menjalar di sebagian tubuhku yang mungil ini, seolah olah diriku disengat oleh peri kematian yang merenggut sebagian nafas kehidupanku.
Dengan ragu bercampur rasa tak percaya,akupun berkata"mungkin kamu salah dengar teman!, mungkin saja itu bukan Yati tapi orang lain,tidak mungkin ini terjadi,tidak mungkin!".Kata-kata itu ku keluarkan dengan segenap perasaan tak percaya yang terselip di lubuk hati.
"Tidak teman,itu berita benar,tidak mungkin saya salah dengar dan tidak mungkin juga pembina membicarakan hal yang tidak benar dan tidak pasti "jawab temanku sambil mengelus pundakku yang terasa lemah dan tak mampu lagi untuk bertahan dengan rasa beban ini.
Mulutku seolah-olah terkunci,aku tak bisa berkata walau mulut ingin bicara.Hanya butiran bening membasahi mata yang menjelaskan perasaanku saat ini.
"Tuhaaan, mengapa Engkau memanggil dia begitu cepat,mengapa engkau memanggilnya disaat aku sangat membutuhkan kehadirannya.Dia sangat indah dan sangat berarti dalam hidupku.
Jika puisi mengungkap seluruhnya,biar ku tulis tuntas, tapi aku hanya punya pengetahuan tentang pelangi,kira-kira seperti itulah keindahannya bagi diriku. Dia menghadirkan banyak warna dalam hidupku yang sebelumnya suram.
"Yati,mengapa engkau meninggalkanku secepat ini,hari-hari dan malamku terus menunggumu"gumamku sembari mengusap tetesan bening yang terus berguguran di pelupuk mata.Dalam diam dan keheningan,aku tersadar bahwa cinta Bapa lebih kuat daripada cintaku untuknya.
***
Setelah kejadian itu,hari-hariku terasa sepi
tanpa kehadirannya.Duniaku seolah tak lagi utuh,namun aku berusaha tuk melupakannya, walau dengan berat hati.
Aku tahu,kami tak bisa bersama lagi,sebab aku dan dia mempunyai dunia yang berbeda.Dia di sana sudah bahagia bersama sang pencipta.
"Yati,jadilah pendoa bagiku,terutama untuk panggilan hidupku ini.Aku yakin, engkau pasti sangatlah mendukung dengan pilihanku sekarang untuk menjadi seorang imam. Aku yakin, mencintai Tuhan sama halnya aku juga mencintaimu, sebab Engkau Serupa dan Segambar Dengan-Nya".
Labuan Bajo, 20 November 2022
Komentar
Posting Komentar