Dampak perilaku Cheating dan Cara Mengatasinya
[Oleh: Ehfrem Vyzty]
Sudah tentunya kita tidak asing lagi dengan term nyontek (cheating) yang seringkali terjadi ketika kita semua menghadapi ujian saat masih berada di bangku sekolah. Term menyontek menurut KBBI adalah mencontoh, meniru atau mengutip tulisan (Hartono, 2012). Hornby (dalam Haryono, 2001) mengatakan bahwa menyontek adalah tindakan secara tidak jujur atau tidak adil memperoleh keuntungan, khususnya dalam suatu permainan atau ujian.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa menyontek merupakan tindakan yang melanggar aturan, sebab menyontek tidak sesuai dengan tuntutan sekolah atau pendidikan itu sendiri ketika seorang siswa maupun siswi menghadapi ujian yang sedang berlangsung. Perilaku nyontek (cheating) adalah perilaku curang yang dilakukan untuk menghindari kegagalan dalam hasil ujian yang siswa/i hadapi. Perilaku menyontek ada berbagai macam seperti: melihat hasil jawaban orang lain, menulis catatan kecil di meja, telapak tangan, atau sobekan kertas yang tersembunyi, melihat buku pedoman bahkan catatan atau media elektronik seperti hand phone. System pendidikan di Indonesia yang terbilang cukup labil ini terus berupaya mencari jati diri dan mencapai pola tentang system penilaian dan standarisasi mutu pendidikan. Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah melalui kemendiknas dalam rangka mendidik anak bangsa dari ketertinggalan dan kebodohan. Upaya yang sudah dilakukan seperti mengubah kurikulum pendidikan dari satu periode ke periode berikutnya. Telah kita ketahui bersama bahwa, perilaku cheating sudah menjadi habitus yang melekat dalam diri sebagian siswa maupun siswi di Indonesia. Hal ini dapat kita ketahui pada saat siswa/i menghadapi test (ujian) yang diadakan di berbagai sekolah di Indonesia. Tidak jarang para guru ataupun pengawas seringkali menangkap basah sebagian siswa yang melakukan tindakan cheating tersebut. Lebih parahnya lagi, para siswa ataupun pelajar menganggap hal ini menjadi simbol atau tanda rasa solidaritas mereka terhadap satu sama lain. Paham solidaritas itu yang sebenarnya ialah, jika perbuatan-perbuatan yang kita lakukan dalam kehidupan bersama terarah ke hal yang positif bukan malah sebaliknya. Susbstansi solidaritas sudah melenceng dari makna yang sebenarnya. Mereka beranggapan bahwa jika tidak memberikan contekan, akan dicap sebagai orang yang pelit dan dianggap tidak memiliki rasa solidaritas terhadap sesama. Sangat berbahaya jika perbuatan ini nantinya sudah mengakar dalam diri pelajar/siswa. Bisa saja, ketika pelajar/siswa sudah dewasa, mereka malah mendatangkan bencana yang merusak keharmonisan sosial dalam masyarakat seperti, mencuri, manajemen buruk, tukang tipu, pemalas dan tidak mau bekerja keras, maunya yang instan saja hingga tidak menutup kemungkinan mereka nantinya akan menjadi kandidiat koruptor dalam kehidupan sosial terutama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Selain itu, habituasi mencontek (cheating) juga akan melemahkan nilai actus kreatifitas dalam diri pelajar. Pelajar/siswa akan malas belajar, malas berpikir dan merenung, malas membaca dan tidak suka mencari dan mengaku hal-hal yang berbau literasi dan numerasi. Akibatnya, mereka mengalami kehadiran mereka di tengah masyarakat malah mendatangkan petaka bukannya berkat.
Hemat penulis, budaya nyontek merupakan transformasi wujud iblis yang hadir dalam diri siswa/pelajar sehingga kepribadian mereka nantinya membuahkan hasil yang negatif dan mengancam eksistensi keharmonisan sosial di tengah masyarakat. Oleh karena itu, penulis juga menawarkan beberapa solusi dalam menghadapi perilaku cheating yang marak terjadi dalam berbagai lembaga pendidikan di Indonesia.
⇒ Beri semangat serta motivasi belajar pada anak
Semangat dan motivasi perlu diberikan pada anak didik, supaya semangat mereka dalam hal belajar tetap baik dan bisa mengalami peningkatan.
⇒ Jaga kepercayaan pada diri seorang anak
Bukan tidak mungkin lagi jika anak didik sering melakukan actus nyontek sebab kepercayaan terhadap dirinya sendiri tidak ada. Oleh karena itu, kepercayaan terhadap diri seorang anak oleh orang tua ataupun oleh pendidik di sekolah itu perlu, bukan malah dianggap suatu yang sepele.
⇒ Jangan hanya fokus pada hasil
Seringkali orang tua/guru kerapkali hanya melihat hasil dari belajar seorang anak, seperti menanyakan berapa nilai yang ia dapat dari hasil belajarnya. Namun mereka lupa bahwa peroses belajar seorang anak dalam mendapatkan nilai tersebut bagaimana.
Hemat saya, dari beberapa solusi di atas yang sudah dipaparkan untuk mencegah habitus dan actus cheating, penulis berharap supaya solusi-solusi ataupun cara membendung arus nyontek di kalangan siswa/i, bisa diperaktekan oleh pendidik di berbagai lembaga sekolah serta diperaktekan juga oleh orang tua terhadap anak-anaknya, dengan harapan penyakit cheating yang mulai menjamur dalam diri pelajar/siswa itu sendiri dapat terobati.
Komentar
Posting Komentar