By : Ehfrem Vyzty
Hujan kembali mengguyur
Setiap lorong-lorong kota
Meninggalkan sepih yang kian
Menepi pada lubuk hati,
Aku yang letih
Kembali berdamai dengan sepi
Saat tiada lagi yang peduli
Hanya dengungan rintik hujan
Yang jatuh di pelataran rumah
Menemani malam buta,
Air hujan yang jatuh
Menyisakan abu, antara
Rapuh, akut dan takut
Hujan di bulan februari
Mengisi hariku yang penuh sepi
Mengobati rindu yang kian
Menggebu dan bersimpuh,
Kau sang penghuni hati
Aku tak pernah melihatmu lagi
Di sela-sela nadi,
Tak juga mendapatimu
Pada setiap desahan nafas,
Mungkinkah kau telah pergi
Lalu mengalir bersama rintik
Air hujan, di selokan sebelah
Trotoar jalan, tempat pertama
Kita kencan ?
Entahlah ....
Yang jelas kau berlalu sebab
Menganggapku sebagai benalu
Pada cintamu yang penuh palsu
Dan juga rapuh
*Puisi ini pernah mengikuti lomba nasional yang diadakan oleh Lintas Media Pustaka dan mendapatkan predikat sebagai karya terbaik dan pengarangnya mendapatkan predikat sebagai penulis terbaik. Puisi ini juga sudah dibukukan dalam buku antologi puisi yang berjudul "Merinai Prahara" oleh Lintas Media Pustaka.
Komentar
Posting Komentar