Mantan adalah
Guru Kekuatan
Buku catatan harian yang tergeletak begitu saja tanpa aturan tepat di rak buku di samping tempat tidur ku raih begitu saja. Coretan yang tertera pada setiap lembar dalam buku itu kembali ku baca. Rasanya agak lain. Tulisan-tulisan hari lalu agak sedikit berbeda, membuat tawa merekah di tengah malam. Ada begitu banyak wajah di sana. Mulai dari yang terdekat sampai pada yang terjauh tak terjangkau sekali pun ada di sana. Satu tulisan yang berhasil mencuri perhatianku berjudul "Mantan Adalah Guru Kekuatan". Tulisan itu menceritakan bagaimana perspektif saya tentang kehadiran mantan pacar dalam kehidupan. Meskipun ada begitu banyak hal yang dijelaskan dalam tulisan itu tentangnya. Banyak yang beranggapan bahwa, mantan pacar adalah penjahat. Bahkan ada sebagian orang yang mengatakan bahwa mantan pacar adalah PEMBUNUH. Kejam sekali bukan? Namun kita tidak menstigma itu pernyataan yang salah. Sebab apa yang berhasil dilontarkan dari mulut merupakan sesuatu yang sifatnya realistis. Semua itu fakta. Cerminan dari realitas kehidupan yang penuh fana. Semua itu ada background nya masing-masing. Ada yang berasal dari masa lalu (pengalaman/kenangan).
Mantan pacar seperti guru bagi saya. Mengapa saya mengatakan begitu? Sebab apa yang pernah ia tanam pada saya selama bersamanya adalah suatu ilmu bertahan hidup. Meskipun ada begitu banyak kisah indah yang pernah terajut, tapi ada juga sebagian kisah penuh air mata bermata air. Luka tertancap tepat di jiwa.
Semua itu membuat saya bisa berusaha menjadi lebih dari orang yang pernah ada bersamanya di hari lalu. Lebih dari orang yang pernah ia kenal. Darinya, saya mampu memilih dan memilah mana yang terbaik yang saya berikan untuk orang terdekat saya saat ini. Setidaknya bahagia lebih berwarna dari pada kesedihan berseliweran. Aku pernah menangis tersedu-sedu gara-gara kelakuan mantan pacar saya dahulu. Itu semua wajar. Tidak ada yang perlu dipermasalahkan atau diperdebatkan lagi saat ini. Tulisan ini bukan bermaksud untuk membuat saya nostalgia berlebihan dengan perasaan sepenuhnya pada mantan. Melainkan untuk memberikan edukasi pada orang-orang bahwa, mantan juga adalah orang yang pernah kita sayang. Dia berhak mendapatkan pembelaan dari tuduhan-tuduhan menyakitkan. Toh, apa gunanya kita menyimpan dendam dalam-dalam padanya. Kita mestinya introspeksi diri terlebih dahulu apa yang pernah kita buat selama masih bersama dengan si mantan pacar. Jangan dulu menyalahkan satu orang saja atas hancurnya sebuah hubungan. Koreksi masing-masing diri. Apakah saya pantas menerima kebenaran? Ataukah saya pantas memikul kesalahan? Kembali ke dalam diri sendiri. Cermin diri sendiri itu penting.
Dari luka yang pernah tergores mengajarkan kita untuk bisa berjuang memulihkan diri sendiri dari rapuh berlarut-larut. Dari tawa yang sempat terbit mengajarkan kita untuk memeluk tangis yang mungkin sedikit lagi menepi. Tidak ada yang tahu apa yang terjadi setelah kita melewati saat ini. Saya yakin, kita bertahan di semesta ini bukan hanya karena makanan yang kita makan, melainkan dari setiap pengalaman yang kita alami tentunya. Sakit yang paling banyak menyebabkan orang-orang kehilangan diri sendiri itu karena masalah psikologis. Bukan karena masalah biologis.
Ketika kita berdoa pada Tuhan untuk meminta kekuatan, Tuhan memberikan kita begitu banyak masalah, begitu banyak cobaan. Bukankah Tuhan juga menyadari bahwa apa yang ia berikan untuk kita tidak terlepas dari kemampuan kita untuk mengatasi semua itu. Semuanya sesuai dengan kodrat kita sebagai makhluk tak kekal (manusia).
Jangan sekali-kali menyesali kejadian tragis yang pernah mampir dalam hidup. Jadikan itu sebagai tanda bahwa kau mampu mengatasi semua itu dengan lapang dada. Dengan penuh ikhlas seluas laut. Terima kasih untuk segala luka-luka. Terima kasih untuk segala tangis. Segala air mata. Segala tidur tidak nyenyak. Segala sakit paling serius sampai pada titik di mana harus operasi. Saya masih bertahan hidup sampai sekarang. Saya masih bisa bernafas dengan langgeng tanpa renggang sedikitpun. Terima kasih. Semua itu menjadikan saya sekuat sekarang. Saya tau saya akan mati sebentar lagi. Saya tau saya akan ditangisi oleh orang-orang di sekitar saya setelah ini. Saya tidak perlu takut. Saya mati justru saya bahagia dengan itu. Saya akan kekal. Saya abadi meskipun tak terlihat secara kasat mata. Dan terakhir, terima kasih secara istimewa ku sampaikan kepada mantan pacar saya. Terima kasih sudah berkenan saya kenal meski akhirnya saling melepas pisah. Terima kasih untuk segalanya.
Rtg, 28 Agst 24
Komentar
Posting Komentar